Cerpen
Warna
Aku rela mendekam dalam kegelapan sel khusus yang
dibuat khusus oleh penjara ini. Aku benci dengan perilaku-ku sendiri. Orang
lain menyebutnya agitasi terhadap sebuah objek. Orang yang lain juga bilang
bahwa aku mengidap kelainan psikis berupa trauma yang dosisnya tak terkendali.
Mirip seperti multiple personality, namun ini disebabkan oleh sensor
optikal.
Aku tak bisa melihat sesuatu dengan warna tertentu.
Warna adalah musuh terbesarku. Paling tidak beginilah rekap laporan
psikiaterku:
Merah : Agitasi seksual berujung pada 8 kasus
pemerkosaan.
Biru : Agitasi motorik berujung pada 19 kasus
kekerasan dan 4 kasus pembunuhan.
Kuning/Emas : Agitasi suicidal, 30 kali attempted
suicide.
Hijau/Olive : Agitasi otak
kiri berujung pada 19 kasus cyber attack dan 3 kasus pembobolan bank.
Jingga/Oranye : Agitasi child memory. Tidak ada
laporan kasus. Hanya meresahkan
Abu-abu/Silver : Agitasi vocal berujung pada 39
laporan kegaduhan.
Pink/Fuschia/Violet/Ungu :
Agitasi otak kanan berujung pada 4 kasus pemalsuan uang dan 2 kasus pemalsuan
lukisan seniman terkenal.
Coklat : Agitasi possessiveness,
beberapa kasus pencurian. Efek ini tidak banyak terdokumentasi.
Hitam : Tidak ada reaksi.
*
Iya, resmi aku menjadi kelinci percobaan. Aku empati
terhadap banteng di arena collesseum yang kepadanya diberi stimulasi
kain berwarna merah. Konyol memang, tapi benar-benar terjadi.
Semua kasus yang aku perbuat itu menjadi pertanyaan
para penuntut umum. Sebagian dari aku adalah normal di kala malam dan
kegelapan. Namun, sebagian yang lain adalah gila dan tidak normal di dunia
nyata.
Delapan tahun mendekam di sel ini, bahkan aku tak tahu
barang apa yang kumakan. Zoldipam, diazepam, macam-macam obat
anti-depresan yang kukonsumsi. Selalu aku berkeinginan untuk menggigit nadiku
sendiri, mengakhiri segalanya. Menemukan sebuah hitam yang absolut. Hitam yang
nyaman.
Tapi, kuurungkan niat itu karena ternyata dalam gelap
ini aku menemukan cerahku. Dalam buta ini aku terbimbing dengan nyata. Obor
lentera hati yang membuatku tenang dalam damai. Dari hal yang demikian aku
dapat menyimpulkan:
Karena di setiap takdir, terdapat hikmah dan jalan
bagi mereka yang selalu percaya. Ada berlimpah jalan bagi mereka yang tidak
mempunyai ekspektasi. Ada kelegaan yang absolut bagi mereka yang mengikuti
permainan hidup ini.
Faz, 18 Mei 2017
Post a Comment